

Program diskusi publik yang dapat berformat ceramah, percakapan, debat, ataupun musyawarah. Program ini dirancang sebagai ruang pengembangan diskursus relevan di skena musik elektronik dan eksperimental. RTFM sendiri merupakan singkatan dari ujaran “Read The Fucking Manual” yang dilontarkan oleh anggota forum-forum online dalam diskusi tentang pengoperasian instrumen. Manual, dalam konteks GAUNG RTFM, tidak lagi berupa peraturan ketat dari produsen, tapi juga terwujud melalui diskusi kolektif publik yang kontekstual mencakup praktik produksi musik, pengolahan suara, hingga edukasi.
Gaung RTFM edisi perdana 2025 menampilkan 4 topik yang diselenggarakan selama 2 hari pada tanggal 6 dan 7 Mei 2025 di Rumah Komunitas Gayam 16, Yogyakarta. Topik yang disampaikan meliputi konsep penciptaan musik kontemporer, pengelolaan sound dalam pertunjukan, sejarah musik elektronik, dan edukasi alternatif di era internet. Program ini terbuka untuk umum dengan jumlah terbatas.
Personalisasi Antarmuka: Cara Baru Penciptaan Musik Digital
Bersama Rully Shabara
6 Mei 2025, 16.00-17.30 WIB
Rully Shabara memaparkan konsep dan pandangannya mengenai penggunaan teknologi digital dalam penciptaan musik dalam sesi dengan format ceramah ini. Rully juga akan menunjukan percobaan-percobaannya dalam menciptakan instrumen bertenaga AI dan algoritma. Percobaan ini dikembangkan dengan antarmuka yang ramah untuk sintesis sampel suara, pembuatan pola, personalisasi efek, hingga penghasilan suara secara digital yang kemudian dapat digunakan dalam penciptaan musik. Dalam uji cobanya, Rully selalu mengutamakan penggunaan alat dan sumber bebas dan terbuka yang dapat digunakan oleh siapapun.
Rully Shabara adalah seniman vokal yang mengeksplorasi suara manusia dan bahasa sebagai medium seni. Selama lebih dari dua dekade, ia menginisiasi berbagai proyek konseptual, termasuk sebagai vokalis duo avant-garde Senyawa dan band rock eksperimental Wusa. Ia menciptakan ekosistem spekulatif Khawagaka, entitas digital XHABARABOT, serta sistem vokal improvisasi Raung Jagat. Salah satu pelopor platform musik improvisasi Kombo Lab ini juga menjadi mentor Forecast 7 di Berlin. Rully aktif berkolaborasi dengan seniman dunia seperti Keiji Haino dan Hildur Guðnadóttir, serta tampil di Lincoln Center dan Primavera Festival. Karyanya telah diulas oleh The New York Times, Rolling Stone, dan The Wire.



Tata Kelola Sound dalam Pertunjukan Musik Elektronik
Bersama Eko Pak Ting
6 Mei 2025, 18.00-19.30 WIB
Dalam sesi ini, Pak Ting akan membahas pengelolaan tata suara dalam pertunjukan musik elektronik, khususnya di ruang terbatas. Pembahasan teknis ini akan mencakup beberapa hal, seperti: bagaimana proses instalasi sistem tata suara, seperti apa alur sinyal audio dalam reproduksi bunyi sesuai instrumen musik elektronik, hingga bagaimana karakteristik speaker yang sesuai untuk pertunjukan musik elektronik di ruang terbatas. Pak Ting juga akan memberikan demonstrasi penggunaan tata suara dengan instrumen elektronik dan elektroakustik, untuk menunjukkan pengalaman praktis tentang teknik dan solusi yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi pertunjukan.
Eko Pak Ting adalah sound engineer dan pendidik audio dengan pengalaman profesional lebih dari 25 tahun di studio, panggung, dan instalasi permanen. Lulusan Diploma of Music Industry – Melbourne Polytechnic ini memulai karier sebagai in‑house engineer Alamanda Recording (1996), mencatatkan rekam‑jejak penting pada album 507 dan Menentukan Arah (Sheila on 7) serta trilogi Kembali Berdansa, Bersinar, Putra Nusantara (Shaggydog). Sejak 2004 ia menjadi front‑of‑house Shaggydog, mengawal konser dari Soundrenaline hingga panggung resmi SXSW Austin dan Darwin Festival. Di bidang pendidikan, Pak Ting mendirikan Jogja Audio School (2012) dan mengajar di Enter Audio House Bandung (2019‑2022). Portfolionya meliputi instalasi sistem suara untuk GKI Gejayan, Alana Hotel Convention Center, sampai Marabunta Semarang.



Diskusi Buku Forensik Synthesis: Catatan Awal Linimasa Synthesizer Indonesia 1973-1995
Bersama Lintang Radittya
7 Mei 2025, 16.00-17.30 WIB
Buku Forensik Synthesis merupakan hasil penelitian dan pengarsipan independen Lintang Radittya sejak tahun 2018. Penelitian Lintang melacak kehadiran synthesizer dalam berbagai tradisi musikal di Indonesia sejak tahun 1960-an; baik dalam musik populer, produksi film dan kebutuhan lainnya, hingga pembuatan instrumen synthesizer DIY. Selain menghimpun data dari arsip lama, video, film, rekaman audio, dan wawancara, Lintang juga menghadirkan data dari blog-nya Sensus Sintesis. Aneka data tersebut dihadirkan sebagai pembanding terhadap narasi sejarah yang telah lebih dulu mapan, sekaligus membuka ruang bagi spekulasi. Dalam diskusi ini, kita akan membincangkan dan merefleksikan cara-cara pengumpulan-pengolahan arsip dalam konteks penulisan sejarah kolektif.
Lintang Radittya adalah seorang seniman dan perakit instrumen bunyi. Ia tertarik pada elektronik analog, futurisme Jawa (lokal), serta persilangan antara musik eksperimental, noise, dan elektroakustik. Sejak 2017, ia aktif mengorganisasi lokakarya, pameran, pertunjukan, dan merakit instrumen. Pada 2011, ia memulai Kenali Rangkai Pakai, sebuah proyek yang berfokus pada riset dan pengembangan synthesizer independen. Buku perdananya Forensik Synthesis—tentang sejarah dan kartografi synthesizer di Indonesia, diluncurkan di bulan Mei ini.



Pengetahuan Siapa? Sintesis Bunyi dan Edukasi Mandiri
Bersama Jesslyn Juniata
7 Mei 2025, 18.00-19.30 WIB
Dalam diskusi ini, Jess ingin berbagi praktik dan pendekatan edukasi musik elektronik menggunakan media sosial. Melalui cerita-cerita Jess tentang latar belakang kanalnya, Belajar Synth, dan strateginya merancang konten edukasi, kita diajak untuk mengkritisi relasi antara akses, gender, dan hierarki pengetahuan dalam komunitas dan forum edukasi musik elektronik. Anggota komunitas musik elektronik dan noise yang hadir pun bisa ikut berefleksi tentang cara-cara berbagi pengetahuan teknis dengan lebih kontekstual dan membumi.
Jesslyn Juniata adalah musisi, penulis lirik, dan produser yang aktif mengeksplorasi hubungan antara musik dan teknologi. Sejak lulus dari Konservatori Musik UPH dengan fokus sound design, ia aktif bermusik lewat proyek solo Lotus from Jakarta dan duo elektronik Jeslla, serta memproduksi berbagai proyek musik komisioner lewat Jessphillia Studio. Pengalamannya meliputi kerja lintas disiplin, dari musik dokumenter hingga musik anak, dengan semangat kolaborasi dan inovasi audio sebagai prinsip utama. Sebagai mantan APAC Product Specialist untuk Arturia, Jesslyn aktif memperkenalkan dunia synthesizer ke audiens yang lebih luas. Perjalanannya memainkan, mempelajari, dan mempromosikan instrumen synthesizer mendorongnya untuk membuat kanal edukasi @belajarsynth.



